Dampak Psikologi yang Dialami Anak Broken Home
Siap PintarKeluarga Jakarta,
istilah anak broken home diartikan sebagai anak-anak dengan keluarga yang
berantakan atau orang tuanya bercerai. Kondisi ini dapat berdampak serius
terhadap kondisi psikologis anak.
Dampak yang diterima
oleh anak broken home atas perpisahan orang tuanya berbeda-beda. Hal ini
tergantung pada usia seorang anak ketika orangtua bercerai, jenis kelamin anak,
kepribadian anak, dan hubungan anak dengan orang tuanya.
Masalah yang Sering
Dihadapi oleh Anak Broken Home
Penelitian mengungkapkan
bahwa perceraian dapat menimbulkan konsekuensi serius pada kondisi psikologis
anak broken home. Pecahnya struktur keluarga ini juga dapat menimbulkan dampak
pada anak hingga jangka panjang.
Beberapa dampak serius
yang mungkin saja dialami oleh anak broken home meliputi:
1. Masalah emosional
Perpisahan orang tua
sangat memengaruhi kondisi emosional anak. Rasa kehilangan, sedih, bingung,
takut, marah, semua bercampur aduk dirasakan oleh anak. Bingung harus tinggal dengan ayah
atau ibu, dan juga rasa kehilangan salah satu sosok orang tua, atau merasa
tidak dicintai lagi oleh orang tua bisa juga menjadi penyebabnya. Tak jarang
anak merasa marah atau justru menyalahkan diri sebagai penyebab perpisahan
orang tuanya.
2. Gangguan perilaku
Sebagian anak broken
home juga mengalami suasana hati yang tidak menentu (mood swing) atau gangguan
suasana hati lainnya. Sebagian dari mereka memilih untuk menarik diri dari
pergaulan, enggan bersosialisasi, dan tidak percaya diri. Perceraian juga berkontribusi
dalam mendorong perilaku antisosial pada anak. Anak broken home berisiko
menjadi anak nakal, agresif, suka berkata dan berbuat kasar, berbohong, bahkan
berkelahi dengan teman.
3. Gangguan mental
Selain karena kedekatan
orang tua dan anak berkurang setelah perceraian, berbagai perubahan yang harus
dijalani oleh anak, misalnya pindah rumah atau pindah sekolah, dapat membuat
anak semakin stres. Anak broken home juga rentan mengalami depresi dan gangguan
kecemasan. Jika
tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa meningkatkan risiko anak untuk
mengalami gangguan kepribadian, menyalahgunakan narkoba, bahkan melakukan
percobaan bunuh diri. Dampak serius lain yang
dialami anak broken home adalah separation anxiety syndrome (SAD) atau gangguan
kecemasan berpisah. SAD merupakan suatu kondisi di mana seorang anak menjadi
sangat takut dan cemas kehilangan figur penting dalam hidupnya, yang dalam hal
ini adalah ayah dan ibu mereka. Rasa cemas dan
takut akibat gangguan tersebut dapat mengganggu aktivitas anak, membuat anak
jadi rewel, uring-uringan, bahkan tidak mau pergi ke sekolah atau bermain
dengan teman-temannya.
4. Masalah keuangan dan
pendidikan
Anak broken home sering
kali mengalami masalah keuangan yang kurang stabil jika dibandingkan dengan
anak-anak dari rumah tangga yang harmonis. Selain itu, prestasi di sekolah juga
memiliki kemungkinan untuk menurun.
Hal ini terjadi karena mereka rentan mengalami
gangguan belajar, sulit konsentrasi, dan tidak termotivasi lagi untuk belajar
setelah orang tuanya bercerai.
Hal yang Bisa Dilakukan
Orang tua dan Anak Broken Home
Untuk mencegah dampak broken
home pada anak di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Hindari pertikaian di
depan anak
Menghadapi perceraian
akan lebih mudah bagi anak jika melihat orang tuanya tetap akur dan tidak
banyak bertengkar. Dalam hal ini, orang tua perlu menjaga emosi agar tidak
bertengkar di depan anak.Jangan terburu-buru memutuskan untuk bercerai bila
menghadapi konflik dengan pasangan Anda. Sebelum mengambil keputusan untuk
bercerai, coba ikuti konseling pernikahan dengan psikolog.
2. Jangan buat anak
berpihak pada salah satu orang tua
Ayah hendaknya tidak
melarang kedekatan anak dengan ibunya, begitu juga sebaliknya. Pastikan untuk
selalu terbuka dan berbagi situasi keluarga dengan anak, komunikasi yang baik
penting bagi perkembangannya di kemudian hari.
Anak juga perlu menjaga komunikasi dengan kedua orang
tua mereka, misalnya dengan tetap berkomunikasi setiap hari dengan ayah dan ibu
melalui telepon, chat, video call, atau rutin mengunjungi rumah kedua orang
tuanya yang sudah berpisah.
3. Bekerja sama dalam
memberi dukungan
Orang tua harus bekerja
sama dalam memberikan dukungan terhadap anak, misalnya ketika harus menghadiri
acara sekolah atau ulang tahun anak, baik ayah dan ibu perlu mengupayakan
hadir. Yakinkan pada anak bahwa meskipun bercerai, kasih sayang orang tuanya
tidak akan berkurang.
4. Cari cara untuk
mengatasi stres
Perceraian orang tua
bisa menjadi masa sulit bagi anak dan orang tua, namun bisa juga menjadi proses
pembelajaran untuk menemukan kekuatan diri masing-masing dalam menghadapi
masalah. Saat
stres melanda, baik orang tua maupun anak perlu mencari cara terbaik untuk
mengatasinya, misalnya curhat dengan sahabat, atau minta saran dari guru di
sekolah. Hal yang tidak kalah penting untuk
dilakukan oleh orang tua dan anak broken home adalah mengikuti konseling
keluarga dengan psikolog jika muncul masalah pada kesehatan anak, baik gangguan
psikologis maupun yang sudah berkembang menjadi gangguan fisik.
1 Komentar
Sriyanti 24 October 2023
Jangan sampai terjadi