Anak Tantrum, Orang Tua Harus Apa?
Siap Pintar
Temper tantrum pada anak
merupakan luapan emosi atas suatu kondisi tidak menyenangkan yang dapat
berbentuk verbal, fisik ataupun keduanya yang dapat dilihat melalui ekspresi
yang ditunjukan oleh anak seperti menangis dengan keras, berteriak atau
menendang-nendang. Alasan utama terjadinya tantrum karena anak tidak dapat
mengungkapkan keinginan dan perasaannya melalui kata-kata. Selain itu,
kemampuan merespon anak dalam menghadapi kecewa dan emosi juga belum memadai,
yang mana ketidakmampuan tersebut dapat menyebabkan anak frustasi.
Selain karena frustasi, tantrum
juga disebabkan karena anak mencari perhatian dari orang di sekitarnya,
menginginkan sesuatu seperti mainan atau hadiah, menghindari perintah, atau
tantrum terjadi karena anak merasa lapar dan mengalami kelelahan.
Tantrum merupakan bagian dari
perkembangan yang normal terjadi pada anak usia dini. Saat belajar mandiri,
anak memiliki keinginan untuk memenuhi keinginannya sendiri namun di sisi lain
kemampuannya masih terbatas sehingga masih membutuhkan bantuan orang di
sekitarnya.
Umumnya, tantrum terjadi pada
anak usia 1-4 tahun, dan normalnya terjadi 1x sehari dengan durasi 2-15
menit. Frekuensi tantrum akan menurun ketika anak mulai memasuki usia sekolah
dasar. Menurut perkembangannya, penurunan ini terjadi karena semakin
bertambahnya usia kemampuan bicara anak meningkat sehingga mereka mampu
mengekspresikan keinginan secara verbal.
Apa yang perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya tantrum?
1.Pastikan
anak makan dan minum pada waktu normalnya. Orang tua harus mengenalkan pola
makan dan istirahat yang baik dan berkualitas. Ketika orang tua berencana
mengajak anak keluar rumah misalnya ke mall, maka pastikan makan dan tidurnya
tidak terganggu selama bermain.
2.Gunakan
nada optimis atau riang saat meminta anak melakukan sesuatu. Nada optimis akan
memberikan kesan ajakan bukan perintah.
3.Jangan
ributkan hal tidak penting, utamakan keselamatan. Anak usia dini merupakan fase
anak belajar dengan kemampuan yang terus mengalami peningkatan. Orang tua yang
bijak sebaiknya tidak meributkan hal sepele. Alih-alih meributkan letak topi
yang tidak rapi tetapi akan menegur dan mengingatkan anak ketika menyangkut
keselamatan misalnya mendekati jalanan.
4.Tawarkan
pilihan jika memungkinkan. Orang tua perlu memberikan ruang kepada anak untuk
berpendapat dan melihat mereka sebagai individu yang memiliki keinginan. Contoh
sederhananya dapat menawarkan warna baju yang ingin digunakan, tawarkan jenis
permainan yang akan disukai.
Apabila anak sudah terlanjur
menunjukan gejala tantrum, maka 4 hal yang harus orang tua perhatikan:
1.Tetap
tenang, orang tua tidak perlu bereaksi yang berlebihan di depan anak,
baik itu reaksi panik ataupun reaksi marah.
2.Konsisten
pada aturan yang ada. Kadangkala orang tua goyah ketika melihat anak menangis
sehingga melanggar aturan yang telah disepakati dengan anak. Sekali hal
tersebut dilanggar, maka anak akan melakukan upaya yang sama (tantrum) untuk
meluluhkan orang tua.
3.Mengalihkan
perhatian anak dengan beralih ke aktivitas lain yang disukai oleh anak.
4.Bawa anak
ke tempat yang tenang. Jika berada di ruangan yang besar, maka bawa anak ke
kamar atau ruangan lain yang lebih kecil. Jika berada di tengah kerumunan, maka
ajak anak untuk menepi ke tempat yang lebih tenang. Biarkan anak merasa nyaman
dengan lingkungan, tidak bereaksi sampai tantrum berhenti kemudian ajak anak
untuk validasi perasaan dan bicara dengan tenang.
Namun, apabila tantrum lebih
parah setelah usia 4 tahun, misalnya anak melukai diri sendiri/orang lain,
menghancurkan barang ketika tantrum, anak menahan napas ketika tantrum terutama
ketika kelelahan, anak mengalami mimpi buruk, sakit kepala, sakit perut, tidak
mau makan, tidak mau tidur dan atau menjadi sangat manja, maka Ayah Bunda perlu
mengajak si kecil untuk periksa ke dokter atau ahli psikologi anak.