Konsulltasi DPPAPP

Ubah Mindset Utamakan Gaya Hidup Kesampingkan Kebutuhan

Siap Ekonomi

Kita ketahui bersama ada perbedaan cara pandang antara Gen Z dengan generasi sebelumnya. Kondisi tersebut terlihat jelas dari gaya hidup yang terkesan mengutamakan kemewahan dari pada pemenuhan kebutuhan pokok. Bisa ditarik benang merahnya, mengapa data OJK menyatakan Gen Z banyak terjerat kasus pinjol.


Salah satu faktor yang membuat Gen Z mengutamakan gaya hidup dari pada kebutuhan pokok, adalah perasaan fear of missing out (FOMO) yaitu menimbulkan perasaan cemas atau takut akibat tidak mengikuti tren atau informasi baru, serta kecenderungan pemakaian media sosial yang saat ini lebih ke arah pamer (flexing) daripada menyebarkan informasi dan hal-hal positif. Faktor lain adalah kurangnya wawasan atau literasi dalam mengelola penghasilan dan kemudahan teknologi dengan perkembangan e-commerce yang memudahkan untuk mendapatkan barang terupdate dan “program pakai dulu bayar belakangan (pay later)” semakin memupuk kebiasaan dan pandangan pentingnya untuk selalu menjadi yang terupdate.


Untuk menghindari hal tersebut ada 3 prinsip yang perlu dipahami dan diterapkan oleh Gen Z.

1. Mengenali diri dan kebutuhan diri

Hal ini sangat dibutuhkan karena gen Z sangat mudah menyerap informasi dan cukup cepat dalam update hal-hal baru sehingga rentan terbawa arus. Maka dari itu gen Z membutuhkan orang-orang yang tepat di lingkungan sekitarnya untuk mengingatkan dan menuntunnya agar tidak lupa dengan kebutuhan diri. Lingkungan keluarga, sekolah atau kampus, atau teman-teman satu circle menjadi salah satu kunci terbentuknya gen Z dalam mengenali diri dan mengetahui kebutuhan diri.


2. Membedakan kebutuhan dan keinginan

Setelah dapat mengenali diri sendiri, maka gen Z harus mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Hal ini dibutuhkan agar tidak terseret arus gaya hidup yang cenderung ke arah pemborosan bukan mengutamakan kebutuhan pokok yang seharusnya dipenuhi terlebih dahulu. Dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan akan menjadi benteng terhadap perasaan FOMO sehingga dampaknya dapat membuat skala prioritas dan memiliki skill dalam mengelola keuangannya.


3. Mengenal pentingnya investasi jangka panjang

Keinginan mengikuti tren dan selalu update terkait barang-barang yang terbaru seperti aksesoris, gadget, kendaraan bahkan sampai tempat nongkrong yang hype menimbulkan stigma bahwa gen Z tidak memikirkan masa depan secara jangka panjang. Penghasilan atau tujuan menabung cenderung lebih dimanfaatkan untuk barang-barang konsumtif atau nilai ekonominya cenderung turun setiap tahunnya. Maka dari itu penting memberikan literasi terkait investasi jangka panjang dan pentingnya untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu sebelum membeli atau memenuhi kebutuhan tersier. Memberi pandangan yang benar terkait investasi jangka panjang dapat mencegah perasaan FOMO yang terjadi pada gen Z karena mereka akan memiliki pandangan yang lebih luas terkait pentingnya mandiri finansial di masa depan.


Jadi jika ketiga hal tersebut dapat diterapkan dan dipahami secara mendasar oleh Gen Z, diharapkan bahwa mereka tidak akan terjebak dalam lingkaran ketergantungan dan perasaan takut. Dukungan dari orang sekitar menjadi kunci awal gen Z dalam mengenal diri dan membangun karakternya agar tidak menjadi orang yang hanya sekedar ikut-ikutan. Dukungan dari lingkungan terkecil ditambah literasi yang tepat dalam belajar investasi akan mengarahkan gen Z untuk dapat sustain dan mandiri secara finansial.


Artikel Terkait



Call Center Puspa